Selasa, 09 Maret 2010

Precious

I own that treasure once
Buried deep inside this numb soul
Crawling over doors of dark blue
and warm eyes
that used to be yours
and mine

Frankly, honey..
It dissapeared
Right under the gold eclipse
In front of this brown lashes
Shred this tears
Shiny pearls that drop
become crystal patterns
beneath the cracked stone

There's nothing more or less
I'll just seek for the wings in your mind
And depth of your eyes
where i hide most precious heart and pride

Now every effort's useless
I'll take what i deserve




Larut malam dalam kamar yg beku.
Prada.
Senin. 9 Maret 2010.

Siapa yang Salah?

"Air laut naik...!!
Lari...!!"

Pekik membahana
Sang pujangga menjerit putus asa
Tirai dipancang
Gendang ditabuh terlantung-lantung
Napas basahnya memburu
Mengundang perangah
Wajah-wajah pilu penasaran
Dan tangis bercucuran

Di sudut gelap penonton sontak terdengar
Sayup lamat-lamat kencang
Pemuda berambut legam
Memaki-maki
Tertawa jahat seperti kesetanan
Mengejek
Mengundang gelak segerombol kacung
berotak udang


"Ada tsunami...!!! Lari...!!!"

Ejeknya semakin giat
Tawanya semakin pekat
Menirukan suara nasar pencatuk belikat
Pertunjukan yang sungguh dahsyat

Pujangga bingung
Ini tanah tempat lahir mereka
Bahasa bumi mereka
Apa semua petaka,
hanyalah gurauan hina?

Lalu siapa yang salah?



(mengingat peristiwa memprihatinkan, saat menonton sebuah konser lelang lagu Aceh mengenang Tsunami)

Putty W. (masih) mahasiswi FK Unsyiah '06.
Prada. Rabu, 3 Maret 2010.

Bebas

Bebaskan!
Bebaskan dirimu!

Bebas lepas
Melayang-liuk anggun
Dalam riak air lincah
Melewati bebatuan
Terjun deras

Bebas lepas
Terbang tinggi
Riuh rendah
Meloncat dan memeluk awan
Menantang raja pagi

Bebas lepas
Berlari berpeluh sejauh siluet
Mendaki terjal ngarai
Meloncati patahan lava
Jelajahi padang berombak

Bebas!
Bebaskan dirimu!
Sebebas lepasnya jiwa merdeka


Prada.
Rabu, 3 Maret 2010.

Romansa Biru

Ketika kelak mereka bertemu
Malam biru pun tak lagi kelabu
Tak ada sayap luka
Tak ada kesendirian lunta
Hanya menari di atas atap naungan purnama
Pula dengan gaun merah bata

Tak kan dibiarkan ia terlunta di atas untaian kata
Memandang dengan mata melata
Dalam sendu, senyap di malam renta
Sang jelita ingin ia ikut berdansa
Mengenakan tuksedo bersepuh permata

Mari mereguk cawan cinta, kekasih.
Mari.
Cinta tak pernah buta.


Prada.
Malam minggu, 27 Februari 2010

Terombang-ambing

Jalan berliku yang dijadikannya berkah
Melepas diri dari apa yang ia sebut takdir
Benarkah?
Atau hanya sebuah teori?

Lihat punggungnya mengelupas
Bersusah payah tak menoleh ke belakang
Kakinya pun masih goyang
Berpijak pada perahu tak bertuan
Dan tanpa dayung


Kamar kost Prada
Jumat, 26 Februari 2010

Frame

Karang coklat berpori terbentang
Berlatar biru langit
Arak awan menggembung
Di sana berdiri ia
Dengan lekuk lesung pipi yang pamer tawa

Hembus angin menyapu rambut
dan ratusan cerita
Ingat akan matahari senja
dan aku yang berdiri di sana?

Aku
Dia
Pantai
dan Senja
Di balik sebuah lensa
Frame kisah yang tak terlupa

Ujong batee
18 Februari 2010

Duniaku yang Lain

Ombak biru
Pantai bening sebening bayu
Tahukah engkau apa di dalamnya?
Adakah dunia?
Adakah secantik koral merah di akuarium raksasa?
Atau seelok gambar dalam kubus berlayar kaca?

Pasir putih
Sapuan menggelitik pinggir air
Memanggil-manggil sayup
Merayu-rayu manja
Selamlah ke duniaku, bujuknya

Angin surga
Plankton-plankton melayang bebas acuhkannya
Ikan kecil keperakan meliuk
kabur bergerombol melukis pola
rumput laut hijau bergoyang
padahal ombak masih sejenjang lutut

Jauh lagi di depan sana
Ombak hanya sejenjang dada
dan baru di dalam sana kulihat surga
Terumbu karang apik segala rupa
Ikan-ikan tropis segala warna
Clown fish
Angel Fish
Surgeon Fish
Parrot Fish
Ikan Napoleon
Ribuan lagi menemaniku di dalam sana

Rumput laut tetap tenang
Bintang laut hijau-biru
Kura-kura kecil melirik curiga
Dan, oh lihat,
belutpun malu-malu di balik bebatu

Duniaku yang lain
Dunia bawah serupa teras surga
Tiap kujelajahi,
Aku seakan lupa diri


Banda Aceh, 17 Februari 2010